surat cinta (3)

yessi
2 min readJul 1, 2018

Kepada yang aku kasihi,.

apa kabar kasihku? bagaimana kabar bapak dan ibu? apakah Si Manis masih mengeong minta dikawin? masihkah kokoh surau di desa kecil kita? ah, betapa aku rindu surau di ujung jalan itu. surau itulah saksi bisu wudhu ke-dua ku dalam seumur hidup hanya karena cinta jatuh begitu cepat dari senyum mu ke hatiku, hingga restu Tuhan pada niat ibadah kita.

kasih,
t’lah kubaca surat balasanmu, dan t’lah kupahami apa maksud dari pesan yang kau sampaikan.
aku tahu, keadaan kita saat ini mungkin bukanlah jalan termudah untuk kita lalui. namun percayalah, kasih, semua ini aku lakukan untuk masa depan kita.

dibutuhkan banyak pengorbanan untuk mencapai sebuah keteraturan. dan jiwa-jiwa yang liar adalah tumbal yang sepadan untuk keteraturan itu. sebagian dari mereka yang pengecut tidak akan pernah meninggalkan desa kecil kita. sedang aku, aku memberanikan diri untuk keteraturan semesta. tidakkah patriotik, kasih? bertambahkah rasa cintamu padaku?

sebagaimana kau, tentu aku memiliki masa-masa sulitku sendiri. bagaimana mungkin batin tak tersiksa mendekap cinta yang berada nun jauh disana?

namun kau tak perlu khawatir, kasih. ketidakpastian bukanlah suatu hal yang harus dikhawatirkan oleh makhluk-makhluk tak berjiwa seperti aku. lagipula, tidakkah romantis; menjajakan jiwaku untuk masa depan kita? bukankah itu yang kau mau?

tak usah khawatir, kasih. menjajakan jiwa tak se-mengerikan cerita para pengecut di desa terkutuk itu. ada baiknya jika kau berhenti mendengarkan racauan dari mulut-mulut yang tidak pernah dihimpit oleh keterpaksaan. lagipula, mempercayai takdir jauh lebih mudah dan mulia daripada memperjuangkannya; sebagaimana pernikahan kita.

namun sekalipun kau tak segan, tak perlu lah kau jajakan juga jiwamu, kasih. kau boleh menyimpannya untukmu sendiri. cukup akal sehatmu kau persembahkan kepada Yang Maha Kuasa.

sekian dulu surat ini kutulis untukmu. sekiranya kau merindukan aku, ingatlah bahwa aku akan selalu ada di ujung jalan itu. aku, aku yang hendak pergi ke surau, aku yang hendak pergi ke rumah orang tuamu, dan aku yang hendak meninggalkan desa kecil itu; tidak untuk kembali lagi.

Salam,

dari aku yang mencintaimu.

Hey! Thank you for scrolling this far. ‘surat cinta’ is a series I write to explain my take on life in general. Feel free to let me know what you think!

--

--

yessi
0 Followers

likes to romanticize tragedy. because some of the most beautiful things happen at the most unfortunate events.